Ngobrol bareng....

Berasal

Senin, 15 November 2010


mba nyimas

Rabu, 29 September 2010

The Lost Symbol



The Lost Symbol

Penerjemah : Inggrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Bentang
Cetakan : Pertama, Januari 2010
Tebal : 712 hlm;23,5 cm

Seneng banget deh, Bang Brown ini bikin cerita yang ada tulisan dibelakang buku atau salah satu endorsernya bilang cerita ini bakal menguncang dunia yaaah minimal Ameriakalah. Seperti buku-buku terdahulunya, alurnya mirip kayak naik mobil di pegunungan. Pembaca dibuat penasaran dengan cerita-cerita sekelabat, seperti dipegunungan sebelum sampai pada puncak kita disuguhi pemandangan keren tapi kalau ada belokan atau sedikit saja ditutupi awan kita jadi punya hasrat pengen cepet nyampai. Seperti apa sih pemandangan di puncak itu. Pokoknya meski tebel nih buku, tapi tidak kerasa tiba-tiba sudah berada di halaman berapa gitu.

Meski untuk menuju puncak kita pusing, yah aku pusing dengan penjelasan-penjelasan symbol yang ada. Tentang Segi Empat Ajaib Durer misalnya, sampai saya melihat berulang-ulang lukisan Malencolia I. Saya sering kalau sedang membaca buku misteri terus di dalam bukunya ada gambarnya saya liat-liat dulu gambarnya, berusaha mencoba memecahkan sendiri. Dan seringnya saya salah tebak. Di dalam kesalahann tebakan saya itu saya ditambah pengetahuan baru salah satunya tentang ilmu Neotic yang dipelajari oleh Katherine. Ilmu yang konon menggabungkan mistisme dengan fisika.

Salah satu penelitian Katherine katanya akan menjawab apakah ada dunia lain setelah kematian? Wah berarti keren banget kan? Terus dia juga meneliti tentang kekutan pikiran bahwasannya kalau suatu pikiran bisa difokuskan pada salah benda fisik, benda itu akan berubah sesuai dengan apa yang pikirkan. Ini bisa dipraktekan pada ilmu kesehatan.

Apalagi pas sudah di ahir dari novel ini benar-benar menemukan symbol yang hilang itu, sybol yang sebenarnya ada di depan kita, dan seringnya kita lupakan.
Duh berasa di puncak dengan disekelilingi pemandang yang menakjubkan.

Senin, 21 Juni 2010

Midnight Sun in Japan as Song of the Sun (タイヨウのうた, Taiyō no Uta)


Ketika kebanyakan orang memulai hidupnya saat matahari terbit koaru (Yui) lebih memilih membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengurung diri di dalam kamar. Cahaya matahari bukan sahabat baiknya, penyakit XP menjadikan dia manusia malam. Dia keluar sehabis makan malam di dekat stasiun sambil memangggul gitarnya selayaknya anak-anak seusianya yang pergi kesekolah di pagi hari sambil memanggul tas.
Sesampainya di tempat tujuan Koaru menyalakan lilin, memetik senar gitar dan terciptalah nyanyian-nyanyian tentang dirinya dan matahari.

Xeroderma Pigmentosum adalah suatu jenis penyakit yang sangat sensitive terhadap matahari. Ketika kulit terkena sinar UV, kulit akan menjadi hitam dikarenakan kerusakan tatanan DNA. Dan bagi koaru itu berarti hanya mampu memandang dunia siang dibalik jendela kamarnya. Jendelanya menghadap tepat pada pemberhentian bus, dan di jam itu setiap harinya dia mengamati seorang lelaki seusinya. Cowok itu membawa papan surfing bersama dua temanya. Dan setiap kali dia mengamati selalu saja ada kelakuan cowok tersebut yang konyol, dan selalu berhasil membuat Koaru tersenyum.

Koaru mempunyai sahabat baik yang hobi bolos sekolah dan lebih memilih main ke rumah koaru namanya Misaki Matsumae. Ketika Misaki mengetahui Koaru senyam-senyum sambil menatap keluar jendela tahulah kalau Koaru naksir dengan cowok tersebut. Misaki berusaha mencari tahu cowok itu yang ternyata teman sekolahnya. Semua kegiatan cowok tersebut direkam Misaki dan tahulah kalau cowok itu bernama Koaji. Sambil membawa rekaman yang disimpan di Video recorder, Koaru mendatangi tempat-tempat yang dikunjungi Koaji, dia duduk ditempat sama dan meminum minuman yang sama seperti yang dilakukan Koaji.

Dan terciptalah sebuah lagu untuk koaji, eh dilalah koaji lewat di depan koaru dan tak sengaja mendengar dia nyanyi. Singkat kata mereka berteman dan membuat janji ketika liburan musim panas Koaru akan menyanyi di depan Koaji. Malam musim panas itu tempat yang biasa koaru gunakan nyanyi ada yang menempati jadi koaji punya ide untuk mengajak Koaru nyanyi di tempat lain. Di tempat baru itu karena tempatnya dekat pusat perbelanjaan, banyak sekali yang menonton. Koaru sangat memukai malam itu.

Selanjutnya mereka menghabiskan malam dipantai, koaru lupa waktu. Pas koaji bilang dia akan menunjukan bisa surfing saat matahari terbit. Koaru langsung sadar, dia meminta pulang, dia berlari berkejaran dengan matahari terbit. Dia tak mau ketika sampai terkena pancaran sang surya. Kakinya tak sampai menyentuh pintu, tangannya terpercik mentari pagi. Koaji heran kenapa Koaru tiba-tiba meminta pulang. Koaji benar-benar tak tahu kalau sinar mentari yang sangat dia sukai bisa melukai bahkan membuat mati Koaru.

Kalau sekali atau dua kali mengahabiskan pagi yang indah dengan menggulung badan di kasur mungkin nikmat sekali tapi entahlah kalau itu seumur hidupmu. Dan Yui sangat apik memerankan Koaru. Selain karena dia sebenarnya memang penyanyi dan ahli dalam main gitar, tubuhnya sangat mendukung. Kecil dan putih pucat. Ini film satu-satunya Yui. *eh bener kan??*. Jadi bagi penggemar Yui jangan sampai nggak nonton. Aduh ini film lama kali jadi kalian udah pada nonton toh?.
Ini film recommended dari adiku. Meski ceritanya mello tapi nggak mendayu-dayu. Aku meneteskan air mata ketika Koaru bilang ke ayahnya “Kalau memang penyakit ini ada obatnya dan saya akan baik-baik saja kenapa ayah bilangnya tidak pernah menatap mataku” mata ayahnya basah dan benar-benar tak bisa menatap mata anaknya. Dan ketika Koaru tak bisa memetik gitar lagi karena jari-jarinya kaku. Sehingga menghasilkan nada yang sama karena hanya mampu menekan satu kunci saja. Aku seneng film ini karena seneng denger ost nya dulu . seperti it’s happy line, Goodbye days dan skyline.

Rabu, 16 Juni 2010

EVANESCENCE LYRICS - Good Enough





EVANESCENCE LYRICS - Good Enough



Minggu, 13 Juni 2010

Selimut Debu


Judul : Selimut Debu
Category: Books
Genre: Travel
Author: Agustinus Wibowo
Penerbit : Gramedia

Hah, jalan-jalan ke Afghanistan?
Mau cari mati?
Mau belajar cara ngerakit bom?
Apa enaknya jalan-jalan di sana? please tell me why? mungkin itu yang ada di pikirannya orang awam kayak diriku inih. Tapi entah kenapa satu orang inih malah pengen tinggal dan mengenal negara tersebut. Dia terpikat sejatinya negara Afghanistan tak seperti apa yang di pikir orang kebanyakan. Dia ingin menyingkirkan selimut debu yang melingkupi Afghanistan. Yah, dia ingin berpetualang.

Agustinus tidak langsung sekonyong-konyong kok datang ke Afghanistan, yang diceritakan di buku inih banyak tentang kedatangan keduanya pada tahun 2006, dia pun terlebih menaklukan nepal, india dan pakistan. Sebagai wartawan cara berceritanya sangat memikat. Menjaga ritme dimana pembaca harus menarik napas dan meneror pembaca yang tidak menghabiskan bacaannya seperti dihantui, kalau tidak selesai berarti sama saja sedang membunuh sang tokoh.
Ketika Agustinus berada di Ghor misalnya yang kering kerontang saya ikut haus, dan langsung deh buru-buru ambil air, pengennya langsung tidur tapi terbayang Agustinus ketemu kendaraan ke Bamiyam nggak nih. Ada samovar yang menyediakan teh tidak? walhasil sayah harus menyelesaikan bacaan malam itu juga.

Sedikit demi sedikit debu yang menyelimuti Afghanistan disibak, melalui perbincangan Agustinus dengan penduduk setempat. Tentang hijab burqa warna bitu yang di pakai oleh kaum perempuan disana yang katanya sudah ada sebleum islam. ini adalah sebuat adat. tentang Taliban, Mujahidin, ladang opium dan tentang bachabazi atau hubungan sexsual antara dua pria, biasanya konotasinya adalah lelaki yang lebih tua "bermain" dengan bocah yang lebih muda.

Seperti yang di tulis dalam epilog buku ini.
Perang datang silih berganti, melumat generasi demi generasi. Ada kebanggaan dan kehormatan yang tak boleh dikorbankan sekalipun nyawa menjadi taruhan. Ada mimpi yang tergantung, juga mperjuangan melawan penindasan, berpadu dengan kemurahan hati untuk mengulurkan tangan, menawarkan hangatnya teh hijau segar, dan menyajikan roti bagi musafir malang. Tak peduli betapapun miskinnya, sekalipun dapur pun tak lagi mengepul dan minyak telah mengering, melayani tamu dan berbagi makanan adalah kebanggaan yang tak berbanding
. yah mehman navazi, keramahtamahan adalah jalan hidup.
Disertai cerita gunung yang indah, see??? aku ingin ke Afghanistan.

Di buku ini juga di selipkan beberapa foto, sedikit sih tapi kalau kurang puas liat saja di webnya . Oh ya cerita petualangan mas agus (halah, sok kenal) sering dimuat seri petualangan di kompas.com

Kamis, 08 April 2010




Bagi ninja di Konohagagure menjalankan misi hukumnya fardhu ain. Membantu warga itulah tugasnya. Kali ini Naruto dapat misi bareng Shino untuk membantu keluarga kaya raya di negara rumput (atau apalah gitu aku lupa) untuk membantu pemakaman ayahnya yang meninggal. Tsunade sebenarnya nggak yakin tugas ini diberikan kepada Naruto katanya wajah Naruto sangat konyol kalau harus ditempatkan di acara pemakaman. Tapi bagaimana lagi shinobi yang tersisa cuma mereka.

Tugasnya sebenernya gampang menggantikan tuan Fu anak sulung dari pengusaha itu saat upacara pemakaman berlangsung. Karena tuan Fu takut dia tertawa saat upacara karena wasiat dari ayahnya kalau tertawa warisan yang diberikan untuknya dibatalkan dan diserahkan kepada angggota keluarga yang tidak tertawa (wasiat konyol). Beruntunglah tugas ini diketuai oleh Shino, tahu sendiri kan Shino tak pernah tertawa bahkan mulutnya tertutup kerah bajunya yang berdiri, jarang bicara dan terlalu pendiam makanya tugas ini sangat cocok untuknya. Dia keturunan dari Klan aburame yang punya kekuatan bisa mengendalikan serangga. Musibah terjadi Shino meminum ramuan yang bisa membuat tertawa, entah kenapa untuk hal ini serangga dalam tubuhnya tak bisa menyaring racun. Alhasil tugas itu dipindah tangankan ke Naruto yang hobi banget cengengesan, liat sesuatu yang aneh sedikit aja dia bisa ngakak.

Saat upaca berlangsung saudara kandung Tuan Fu lainnya yang tak dapat warisan berusaha menggoda Naruto untuk tertawa dengan segala hal, bahkan biksu yang memimpin upacara berusaha menggoda Naruto. Tuan Fu sangat tegang kalau-kalau Naruto tertawa dan jatuh kepada yang lain tapi Naruto sangat berusaha dengan keras menahan rasa gelinya, mukanya sampai merah sampai ingusnya pun keluar, dia terus-terusan mencubit tubuhnya agar terasa sakit dan melupakan adegan yang lucu terjadi.


Di lain sisi Shino sudah mengetahui rahasia huru-hara di balik wasiat yang konyol. Shino berubah menjadi anak-anak yang sedang bertengkar merebutkan mainan lalu datanglah seorang bapak yang memisahkan dan menghibur anak-anak tersebut dengan banyolan konyol dan membuat anak-anak tersebut tertawa kembali dan melupakan masalah mereka. Seisi ruangan pun ikut tertawa tanpa terkecuali keluarga yang sedang berduka dan Naruto yang terpingkal-pingkal. Tuan Fu dan adik-adiknya teringat kalau guyonan tersebut pernah terjadi kepada mereka.

Lalu tiba-tiba orang yang disangka meninggal muncul dengan dandanan yang berbeda, dia menyamar menjadi nenek-nenek. Dia mengarang kalau dia sudah meninggal dan menulis warisan konyol. Baginya kalau dia tak terpaksa mengarang cerita seperti ini anak-anaknya tak akan pernah mau berkumpul. Dia jengah melihat tingkah anaknya yang sekarang. Dulu sebelum dia menemukan menemukan rumput yang ternyata obat tradisional yang dia olah menjadi jamu yang sangat berkhasiat kelurganya selalu di penuhi canda tawa, saat makan bersama atau pun saat menahan lapar. Tapi setelah mereka kaya yang menjadi obrolan hanyalah uang uang dan uang. Yang ada hanyalah persaingan siapa yang paling sukses dan melupakan canda tawa yang dulu menjadi bagian untuk saling menghibur antar sesama. Makanya ayah mereka menulis wasiat seperti ini supaya mereka saling melakukan adegan konyol agar bisa tertawa.

Shino yang tak pernah tertawa juga ahirnya bisa tertawa karena jamu bikinan ayah yang kaya raya itu. Tapi ayahnya tak akan melanjutkan membuat jamu tertawa, karena baginya tertawa juga perlu keikhlasan dari masing pribadi. karena bisa jadi mulutnya tertawa hatinya sedang bersedih.

So, bahagialah kalian yang masih bisa tertawa. Tak perlu Jamu bro.....

Jumat, 26 Maret 2010

Avril Lavigne Featuring Leona - I Will Be - All You Will Never Know 2008

Avril Lavigne Featuring Leona - I Will Be - All You Will Never Know 2008


Selasa, 16 Maret 2010

Negeri Van Orange


Penulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizky Pandu Permana
Penerbit : Bentang Putaka
Cetakan : Keempat, agustus 2009
Tebal : 478 hlm; 20,5 cm


“Saktinya masa muda. Semua pintu kesempatan dan kemungkinan masih terbuka lebar dan terhampar luas. Ibarat slogan Nike Imposible is nothing” (hal:227)

Persahabatan mereka terbentuk hasil kerja konspirasi semesta yang mendamparkan mereka di bandara Amersfort dan semakin direkatkan dengan sebungkus kretek. Mereka pemuda pemudi Indonesia yang sedang mengejar ilmu pengetahuan di negeri kincir angin. Alasan mereka jauh-jauh ke Belanda berbeda-beda dan mereka semua tidak ada yang mempunyai angan-angan sebelumnya sampai ke negeri yang termahsyur dengan bunga tulipnya ini.

Iskandar atau Banjar misalnya punya motivasi awal karena hasil tantangan temannya Goz, bahwa Banjar berani nggak hidup melarat di negeri orang merelakan hidupnya yang mewah sebagai esmud dan anak juragan bawang ini.Alasan Wicak, dari pada mati konyol dikeroyok para cukong karena kedoknya sudah ketahuan sedang menyamar menjadi pembalak di Kabupaten Berau dan jaringannya yang sampai kepada tingkat petingggi negeri, dia lebih baik mengamankan diri di Belanda. Dan alasan Daus adalah untuk manaikan gengsi kala reunian, dia udah males diledekin mulu gara-gara jadi pegawai DEPAG. Lintang satu-satunya perempuan yang hobi menguncir rambutnya dan jago menari ini memutuskan ke Belanda karena hadiah ulang tahunnya yang ke dua puluh lima yaitu polis asuransi yang premisnya udah habis. Eits, ada satu lagi lho anak juragan angkutan umum namanya Geri berparas ganteng, kaya baik pula. Yang berhasil membuat pasaran para perjaka tanah air turun pasaran.

Persahabatan mereka terus dipupuk dengan YM-an sampai mata jereng, saling mengunjungi dan makan-makan atau sekadar ngumpul minum kopi traktiran. Tapi jangan kira hidup mereka penuh hura-hura terus, mereka harus hidup pas-pasan juga(ehm, kecuali geri sih). Kerjaan apa saja mereka lakoni untuk menambah uang beasiswaan yang ngepas itu. Persahabatan mereka pun tak selamanya lurus harus ada ujian yang akan menilai seberapa besar arti persahatan mereka. Diseling dengan cerita percintaan dan bertaburan diskripsi tempat di belanda yang menggoda untuk dikunjungi menjadikan buku ini layak untuk dibaca sampai ahir halaman. Dan ketika menutup sampul belakangkangnya dengan senyum sumringah.

Bahasanya yang asyik melupakan susahnya mengingat dan belibet mengeja kosa kata baru dari belanda, misal verblijf atau Rijswijk. Di tambah bonus tips selama tinggal di Belanda dari mulai gimana untuk mendapatkan sepeda sampai eurotrip ada di sini. Aku paling suka kalau lagi nyeritain Daus yang selalu gagal meminum minuman keras, tumpahlah, lupa dipesanlah. Sumpah!, mujarab bener ajian engnkongnya ini. Dan percakapan yang aku paling suka adalah

“Tunggu sedentar dek Lintang” Sanggah seorang lain dengan cepat. “Apa tidak lebih baik kita juga menjaga eksklusivitas ilmu tradisional kita, agar tidak dicontek Negara lain? Lihat itu begitu banyak produk budaya kita yang sudah dipaten Negara lain karena kita tidak mampu menjaganya”
Kini giliran Wicak yang berkomentar
“Bapak, kini saya balik bertanya. Kalau seorang ingin belajar karate, apa iya harus tinggal di Jepang? Kalau mau belajar tari perut apa harus ke Mesir dulu? Tplong jangan mencampuradukan masalah hak paten dengan keinginan mempromosikan budaya tanah air kita!”.
Gambar aku rebut di Internet.

Sabtu, 06 Maret 2010

This is My Choise

Andai saja hari itu aku lebih menunggu hujan berhenti, dari pada menerjangnya. Mungkin hari ini aku berdiri dengan kebaya cokelat.
saat itu aku lebih suka menapaki bekas2 genangan hujan, sambil sesenggukan menangis. Tak mengindahkan nurani yang menolaknya entahlah saat itu yang terpikir hanya menjauh. dan itu kusadari bukan pilihan yang bijak.
Sembilu yang menancap begitu kuat, dan aku dibutakan. Aku buta sampai tiga tahun, kehilangan arah dan menyampah.
tongkat yang kuambil ternyata malah membuat kesal saja, dan ahirnya memecahkan dan menabrak apa saja yang di depan. Depan yang kuanggap indah tak semerbak dulu lagi.
Ahh, untunglah kau menamparku dan menyadarkan kenyataanya.
Thanks life was teach me.